Pengertian Psikologi Humanistik (Teori,Tokoh,Penjelasan)

PSIKOLOGI HUMANISTIK 

A. Teori Psikologi Humanistik
Banyak para ilmuwan psikologi yang menciptakan teori-teori yang terus di perbaharui. Namun tanpa disadari awal mula penciptaan teori-teori tersebut bermula dari Wilhem Wundt dan Sigmund Freud. Banyak dari para ilmuwan psikologi menciptakan teori baru sebagai kritik maupun pelengkap dari teori-teori sebelumnya. Termasuk juga Humanistik, yang hadir dengan maksud menjadi pelengkap dari dua teori besar psikologi yakni Psikoanalisis dan Behaviorisme. Sehingga Humanistik sering disebut sebagi teori besar ketiga dari psikologi.

Humanistik merasa bahwa dua teori sebelumnya terlalu mengabaikan suatu nilai terpenting yang ada dalam diri manusia yaitu keunikan dalam diri masing-masing manusia. Humanistik menganggap bahwa Teori Behaviorisme menjadikan manusia seperti robot yang dapat diatur segala respon yang akan diberikan dari stimulus yang hadir. Teori Psikoanalisis terlalu terkonsentrasi pada gangguan proses mental seseorang dan pengembangan teknik untuk menjadikan orang memiliki gangguan proses mental (abnormal) menjadi normal. Kekuatan ketiga ini memberikan informasi bagaimana orang yang sehat akan lebih sehat supaya mencapai potensi penuh dari diri mereka.

Dalam buku Schultz & Schultz (2013) humanistik menggambarkan ketidak setiaan terhadap Zeitgeist masa itu. Yang mana Humanistik hadir di taun 1960an dan  Zeitgeist masa itu sedang semaraknya mengenai mekanistik dan materialistik budaya Barat. Namun Hergenhahn & Henley (2013) menyatakan bahwa kekuatan ketiga ini hadir sangat berbeda dengan yang lainnya karena tidak deterministik dalam menjelaskan kebiasaan manusia. Sebaliknya, menyatakan bawa manusia adalah individu yang bebas untuk memilih eksistensinya sendiri daripada mengubungkan tentang penyebab perilaku dengan rangsangan, drive states, genetika, atau pengalaman masa awal kehidupan. 


B. Gagasan-Gagasan dari Berbagai Tokoh Psikologi Humanistik
Sebelum Abraham Maslow dan Carl Roger yang mengungkapkan teorinya, terdapat beberapa tokoh yang telah mengungkapkan gagasan mengenai humanistik
.
1. Jean Paul Sartre dan Albert Camus

Sartre mengungkapkan mengenai eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia itu memiliki kebebasan. Yang paling terkenal dari ide Sartrer adala Bein and Nothingness. Seperti Sartre, Camus juga memiliki kontribusi ide mengenai humanistik. Camus menyatakan bawa manusia adalah makhluk yang absurd. Absurd yang dimaksud adalah manusia mengarah kepada masa depan namun di sisi lain masa depan juga mengarah kepada kematian. Menghindari keabsurdan tersebut, banyak dari manusia yang mengeksplorasi dan mendekatkan diri pada agama, ilmu pengetahuan, dan pencarian makna.
2. Martin Heidegger

Sumbangan Heidegger untuk humanistik diantaranya adalah Dasein. Maksud dari Dasein adalah hubungan manusia dengan alam/dunia. Bagi Heidegger, manusia dan dunia saling berkaitan satu sama lain. Sehingga fokus Heidegger ada pada ke khususan manusia. Manusia bukan semata-mata organisme yang dimodifikasi dengan pengalaman dan budaya tapi sebagai pribadi yang dapat merenungkan keberadaannya.

3. Ludwig Binswanger

Salah satu konsep Binswaner yang paling penting adalah Weltanschauung atau desain dunia. Secara umum, desain dunia adalah bagaimana seseorang memandang dan memeluk dunia. Desain dunia ini bisa terbuka ataupun tertutup, ekspansif atau konstruktif, positif atau negatif, sederana atau rumit, atau yang lainnya tergantung baaimana cara pandang yang digunakan. Dari konsep tersebut dapat dikatakan bahwa manusia hidup dengan desain dunianya sendiri. Cara pandang akan sangat memengaruhi bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya (Hergenhahn&Henley, 2013).

4. Rollo May

May menunjukkan bahwa manusia adala objek, dalam artian manusia ada secara fisik dan karena itu ada hal-hal yang terjadi pada manusia. Namun, May juga menyatakan bawa manusia juga sebagai subjek. Manusia tidak secara tiba-tiba dapat berpengalaman melakukan sesuatu tanpa adanya penafsiran, penghargaan, dan membuat pilihan mengenai pengalaman tersebut.  Orang yang sehat akan menggunakan kebebasannya untuk merangkul keidupan dan mencapai potensi sepenuhnya.

5. George Kelly

Pendekatan terapi menurut Kelly berdasarkan pemikiran bahwa masalah psikologis merupakan kesalahan dalam persepsi, sehingga terapis berfungsi untuk membantu klien melihat sesuatu dengan cara yang berbeda. Kelly memulai terapi dengan meminta klien menuliskan self-characterization, dari hal tersebut, Kelly dapat melihat bagaimana klien memandang dirinya sendiri, dunia, serta orang lain. Selanjutnya, Kelly menuliskan peran yang harus dilakukan klien selama dua minggu, karakteristik yang diperankan berbeda dengan karakteristik yang ada pada klien. Terapi bertindak sebagai supporter untuk membantu klien untuk menyediakan berbagaimacam pengalaman yang akan di konstruksikan di dalam sistem yang baru.

Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik

A. Abraham Maslow

Aliran humanistik tidak pernah terlepas dari tokoh ternama ini yang bernama lengkap Abraham Harold Maslow. Maslow dikenal sebagai ayah spiritual psikologi humanistik. Dari prestasi tersebut selanjutnya dia terdorong untuk terus memahami dan mengembangkan ide-ide terbesarnya tersebut dengan mempelajari dan meneliti sampel kecil dari beberapa orang yang secara psikologis sangat menonjol untuk menentukan bagaimana perbedaan mereka dari orang-orang dengan kesehatan normal.
Abraham Harold (Abe) Maslow lahir pada 1 April 1908 di Manhattan, New York. Dia adalah anak tertua dari 7 bersaudara. Ayahnya bernama Samuel Maslow. Memiliki pandangan atheis. Masa kecil Maslow bisa digambarkan dengan masa kecil yang tidak menyenangkan, kisahnya dipenuhi dengan bagaimana beralih dari buku ke buku untuk belajar melepaskan diri dari perasaan kesepian dan inferioritasnya. Saat dia kuliah, di Cornell University, pengalaman pertamanya di dalam bidang psikologi ia merasa sangat asing dan buta tentang ilmu tersebut. Dari salah satu mata kuliah yang dia ikuti, yang diajarkan oleh E. B. Titchener, Maslow berkata "sangat membosankan, hambar rasanya dan tidak ada hubungannya dengan manusia, jadi saya bergidik dan berpaling darinya.

Maslow pindah ke University of Wisconsin, di mana ia menemukan pendekatan yang berbeda terhadap psikologi, dan menerima gelar Ph.D. pada tahun 1934. Maslow menjadi seorang behavioris Watsonian yang antusias, sangat yakin bahwa pendekatan sains alami yang mekanistik memberikan jawaban atas semua masalah di dunia. Lalu serangkaian pengalaman pribadi memengaruhinya bahwa behaviorisme terlalu terbatas untuk bisa relevan dengan masalah manusia terus ada. Dia sangat terpengaruh oleh kelahiran anaknya dan hah-hal yang dibacanya tentang filsafat, Psikologi Gestalt, dan Psikoanalisis. Maslow juga dipengaruhi oleh kontaknya dengan psikolog Eropa yang telah melarikan diri dari NaziJerman dan menetap di Amerika Serikat- Adler, Horney, Koffka, dan Wertheimer. Perasaan kagumnya terhadap Psikolog Gestalt Max Wertheimer dan Antropolog Ruth Benedict menuntun ia untuk mengemukakan penelitian pertamanya tentang karakteristik kesehatan psikologis orang yang mengaktualisasikan diri. Wertheimer dan Benediktus adalah model hakikat manusia yang terbaik.

Maslow juga sangat terpengaruh oleh sebuah parade yang dia saksikan tak lama setelah serangan jepang di armada A.S. di Pearl Harbor, Hawaii, pada tanggal 7 Desember 1941, yang mana memaksa Amerika memasuki Perang Dunia II. "Saat itu mengubah seluruh hidup saya," tulisnya, "Dan sejak itu menentukan apa yang saya lakukan" (dikutip di Hall, 1968, hal 54 dalam Schultz & Schultz, 2013). Dia memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk mengembangkan psikologi yang akan menangani masalah cita-cita tertinggi manusia. Dia akan bekerja untuk memperbaiki kualitas kepribadian manusia dan menunjukkan setiap manusia mempunyai kemampuan untuk berperilaku lebih mulia daripada menunjukkan perilaku kebencian, prasangka, dan perang. Saat itu Maslow mengajar di Brooklyn College, tempat dimana usaha awalnya memanusiakan psikologi membawa konsekuensi-konsekuensi pribadi yang negatif. Komunitas psikologi behavioris yang dominan mengucilkannya. Meski para mahasiswa menganggap gagasannya menarik, para pengajar rekan fakultas menghindarinya. Dia dianggap terlalu tidak ortodoks dan terlalu jauh dari pandangan behaviorisme, aliran psikologi yang terbilang mainstream atau Zaitgeist pada waktu itu. Para editor jurnal-jurnal utama menolak untuk mempublikasikan karyanya. Di Universitas Brandeis lah, selama tahun 1951 sampai tahun 1969, Maslow mengembangkan dan menyempurnakan teorinya dan mempresentasikannya dalam serangkaian buku populer. Dia mendukung gerakan kelompok sensitivitas dan pada 1967 dia terpilih sebagai Presiden APA.

Pada tahun 1960 Maslow menjadi selebritas, pahlawan bagi gerakan melawan budaya-kontra, yang akhirnya mendapatkan sanjungan yang ia idamkan sejak masa mudanya. "Orang-orang mudalah yang melihat dan menemukan karya Maslow yang sangat menarik, dan bagi banyak orang, dia menjadi figur seperti sosok mahaguru "(Nicholson, 2001, hal 86 dalam Schultz & Schultz, 2013). Maslow telah berhasil memberikan kompensasi, menurut istilah Adlerian, untuk inferioritas masa kecilnya.

a. Aktualisasi diri Maslow

Menurut Maslow, setiap orang memiliki kecenderungan bawaan terhadap aktualisasi diri. Keadaan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari kebutuhan manusia, melibatkan aktifitas yang menggunakan semua kualitas dan kemampuan kita, pengembangan dan pemenuhan potensi kita. Untuk menjadi aktualisasi diri, pertama-tama kita harus memenuhi kebutuhan yang lebih rendah di bawaan hirarki. Setiap kebutuhan harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan selanjutnya memotivasi kita untuk memenuhinya.Kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, sesuai urutan yang harus dipuaskan, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, kepemilikan dan cinta, penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan Fisiologis 
Kebutuhan paling dasar manusia. Seperti makan, minum, gula, protein, mempertahankan suhu tubah, kebutuhan istirahat dan seks, dan lain sebagainya.
Kebutuhan akan keamanan
Keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari ketakutan-ketakutan yang mengancam, seperti perang, terorisme, kerusauhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak lebih besar daripada orang dewasa. Ketika tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini akan mengalami kecemasan dasar (basic anxiety) (Maslow, 1970).
Kebutuhan akan cinta dan keberadaan 
Keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan ank, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, perkumpulan, lingkungan masyarakat atau negara. Apabila sejak kecil sudah terpenuhi kebutuhan hal ini maka saat dewasa tidak mudah terluka jika mengalami penolakan dari lingkungan.
Kebutuhan akan penghargaan 
Penghormatan diri, sadar akan potensi diri, kemampuan dan pengetahuan yang dihargai tinggi oleh orang lain.
Kebutuhan akan aktualisasi diri
Keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. Pemenuhan diri, sadar akan potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin.

Penelitian Maslow berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik orang-orang yang terpuaskan kebutuhan aktualisasi diri nya dan oleh karena itu bisa dianggap sehat secara psikologis. Dari definisi tersebut, orang-orang ini bebas dari neurosis. Mereka biasanya hampir setengah paruh baya atau lebih tua dan terhitung kurang dari 1% dari populasi. Di antara beberapa pengaktualisasi diri yang dipelajari oleh Maslow dengan menganalisis biografi dan catatan tertulis lainnya, yaitu fisikawan Albert Einstein, penulis dan aktivis sosial Eleanor Roosevelt, dan Ilmuwan Afrika-Amerika George Washington Carver, serta psikolog Gestalt Max Wertheimer.

Para pengaktualisasi-diri ini memilki beberapa kecenderungan berikut:

1. Persepsi yang Lebih Efisien Akan Kenyataan
Lebih mudah mengenali kepalsuan pada orang lain. Ia melihat dunia secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.
2. Penerimaan akan Diri, Orang lain, dan Hal-Hal Alamiah
Dapat menerima diri mereka sendiri apa adanya, menerima kekurangan orang lain dan tidak merasa terancam oleh kelebihan orang lain dan tidak mengharapkan kesempurnaan pada diri mereka dan orang lain.
3. Spontanitas, Kesederhanaan, dan Kealamian
Bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura.
4. Berpusat pada masalah
Tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ketertarikan, kepedulian mereka pada masalah-masalah di luar diri mereka.
5. Kebutuhan akan Privasi
Mempunyai ciri untuk memisahkan diri dari orang lain tanpa menjadi kesepian. Mereka bisa mendapat kesenangan dari kesendirian privasi.
6. Kemandirian 
Mandiri dan bergantung pada diri mereka sendiri untuk bertumbuh walaupun masa lalunya mereka pernah menerima cinta dan ras aman dari orang lain.
7. Penghargaan yang Selalu Baru
Mempunyai kapasitas yang luar biasa untuk menghargai hal-hal baik dari kehidupan secara baru dan polos, dengan kagum, kesenangan, keterkejutan, dan bahkan kebahagiaan yang berlebih.
8. Pengalaman Puncak
Kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman yang mendalam. Inilah yang disebut Maslow dengan “peak experience” atau pengalaman puncak. Orang yang teraktualisasi mereka lebih mersakan pengalaman puncak yang kuat.
9. Hubungan Interpersonal yang Kuat Untuk Semua Umat Manusia
Memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna sengan individu-individu lain.
10. Struktur Karakter yang Demokratis
Maslow menemukan bahwa semua orang yang mengaktualisasi diri memiliki nilai-nilai demokratis dalam dirinya.
11. Tidak Mengikuti Enkultirasi
Mempunyai kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dan dapat melebihi batas kultur tertentu, tetapi mereka bukanlah orang yang antisosial.
12. Tingkat tinggi apa yang disebut Adler sebagai "kepentingan sosial"
Istilah yang digunakan Adler untuk menggambarkan ketertarikan sosial, mereka mempnyai ketertarikan yang tulus untuk membantu orang lain, baik orang asing maupun teman.
13. Diskriminasi antara Cara dan Tujuan
Mengetahui dengan jelas antara perubahan benar dan salah. Mereka melihat pada tujuan daripada cara.
14. Kreatifitas
Semua orang yang mengaktualisasi siri yang diteliti oleh Maslow merupakan orang-orang kreatif.

Maslow percaya bahwa prasyarat untuk aktualisasi diri adalah kasih sayang yang cukup di masa kanak-kanak dan kepuasan kebutuhan fisiologis dan rasa aman dalam dua tahun pertama. Jika anak-anak dibuat merasa aman dan percaya diri di tahun-tahun awal kehidupan mereka (yang mana Maslow tidak mengalaminya), maka mereka akan menjadi orang seperti itu ketika dewasa. Tanpa cinta dan kasih sayang orang tua, keamanan, dan harga diri di masa kanak-kanak, akan sulit bagi orang dewasa untuk mencapainya aktualisasi diri.

b. Kritik terhadap Maslow
Metodologi dan data penelitian Maslow dihina karena sampel subjek dianggap terlalu kecil untuk dapat digeneralisasi seperti yang dilakukannya. Selain itu, subjeknya dipilih sesuai kriteria subjektif kesehatan psikologisnya, dan istilah-istilah yang digunakannya didefinisikan secara ambigu dan tidak konsisten. Maslow menyetujui bahwa investigas ini memang tidak memenuhi ketaatan syarat penelitian ilmiah namun ia berpendapat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempelajari aktualisasi diri. Dia menyebut pekerjaannya sebagai "pendahuluan" dan tetap yakin bahwa kesimpulannya suatu hari nanti akan dikonfirmasi.

Beberapa Studi yang dilakukan selanjutnya telah membuktikan beberapa dukungan untuk karakteristik pengaktualisasi diri dan susunan kebutuhan dalam hierarki yang telah dibuat Maslow. Misalnya, peneliti punya menemukan bahwa orang tertinggi dalam memenuhi kebutuhan akan keamanan, rasa memiliki, dan harga diri jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menampilkan perilaku neurotik daripada orang-orang yang gagal memenuhi kebutuhan ini Juga, orang-orang yang memiliki nilai tinggi dalam harga diri juga mendapat nilai tinggi dalam hal harga diri, kepercayaan diri, dan kompetensi. Terlepas dari kurangnya dukungan empiris untuk gagasan-gagasan Maslow, tujuannya untuk menyelidiki masalah cita-cita tertinggi manusia menarik banyak pengikut dari kalangan mereka yang kecewa dengan behaviorisme dan psikoanalisis. Teorinya memiliki dampak luas di luar psikologi. Para guru, konselor, pemimpin bisnis dan pemerintah, profesional perawatan kesehatan, dan orang lain yang mencoba mengatasi masalah kehidupan modern telah menemukan pandangan Maslow yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan berguna dalam membantu memecahkan masalah sehari-hari.

Beberapa tema pendekatannya terhadap psikologi dapat ditemukan dalam gerakan psikologi positif kontemporer. Beberapa pengusung pendekatan ini mengakui keperintisan Maslow sebagai pendahulu. Dengan demikian, warisan Maslow bertahan selama beberapa  dekade, dari satu abad ke yang berikutnya.

B. Carl Rogers

Carl Rogers merupakan salah satu penggagas aliran humanistik dalam psikologi.  Sangat terkenal dengan person-centered therapy, yaitu salah satu pendekatan dalam psikoterapi. Ia mengembangkan teori kepribadian terkait salah satu faktor motivasi yang melatarbelakangi individu dalam berperilaku, hal ini mirip dengan konsep aktualisasi diri yang dikemukakan oleh Maslow. Rogers mengembangkan teorinya berdasarkan pada proses pengamatannya terhadap klien yang terdapat di pusat konseling Universitas tempat di mana ia mengajar. Dengan menerapkan person-centered therapy, dimana terapi ini lebih menekankan pemusatan terhadap klien, yaitu kemajuan respon klien dibandingkan terapis. Dari hasil pengamatannya, Rogers dapat berpendapat bahwa setiap individu dapat secara rasional dan sadar untuk mengubah pemikiran dan perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik. Ia tidak setuju dengan pendapat bahwa individu selalu dikendalikan oleh alam bawah sadar dan kenangan semasa kanak-kanak. 
Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pinggir kota Chicago. Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Ia mendapat didikan keras dalam keluarganya, sehingga ia merasa terkekang selama masa kanak-kanak hingga remaja. Adanya ajaran agama dan aturan dalam keluarganya membuat Rogers menjalani kehidupan dengan tidak menjadi dirinya sendiri. Saat duduk di bangku sekolah, ia adalah sosok yang cenderung menyendiri, ia kesulitan untuk beradaptasi dengan dunia luar karena bentuk pergaulan yang tidak sesuai  dengan norma religius yang diajarkan dalam keluarganya seperti bermain kartu, menonton film, minum, dan merokok, sehingga ia sering menenggelamkan diri dalam segala macam buku, termasuk kamus dan ensiklopedia. Rogers kecil merasa bahwa orang tuanya lebih menyukai kakaknya dibanding dirinya, sehingga ia selalu merasa berada dalam kondisi berkompetisi dengan kakaknya, meskipun ia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ibunya.  Aturan-aturan yang ada dalam keluarganya inilah yang membentuk dirinya menjadi sosok pemberontak.

Saat berusia 12 tahun, Rogers dan keluarganya pindah ke bagian pertanian sekitar 25 mil sebelah barat Chicago dengan tujuan untuk memperbaiki kesehatan dan mencari atmosfer yang lebih religius. Hal ini yang membuat ia memutuskan untuk mengambil jurusan pertanian di Universitas Wisconsin tahun 1919. Di balik sosoknya yang cenderung gemar menyendiri, Rogers turut aktif dalam kegiatan bergereja, sehingga pada tahun 1922 ia terpilih untuk menjadi delegasi dalam World Student Christian Federation Conference di Beijing, China. Selama proses enam bulan inilah, ia mendapat banyak pengalamman, sehingga ia berani untuk menentang doktrin yang diajarkan orang tuanya selama ini, karena menurutnya itu terlalu kolot. Ia mendapatkan gelar bachelornya dibidang pertanian pada tahun 1924. Tidak lama setelah kelulusannya, ia menikahi teman masa kecilnya, yaitu Hellen Elliot, serta mereka memiliki dua orang anak. Selanjutnya, Ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke New York, di tempat itulah ia mulai mengikuti kursus tentang psikologi dan pendidikan di Universitas Columbia.

Dua tahun setelahnya, ia memikirkan tentang pendekatan religius seperti apa yang cocok diterapkan dan efektif untuk membantu  banyak orang, maka ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Columbia dan mendapatkan gelar doktornya pada 1931. Setelah itu, ia bekerja untuk Child Study Department of the Society for the Prevention of Cruelty to Children di Rochester, New York, saat itu juga ia menulis buku pertamanya The Clinical Treatment of the Problem Child pada tahun 1939. Ia memulai karirnya di bidang akademik di Universitas Ohio, di sana ia mengemukakan mengenai pendekatan terapi dengan sebutan Counseling and Psychotherapy: Newer Concepts in Practice. Pendekatan psikoanalisis versi Rogers yang dikemukakan Rogers dianggap lebih barudan revolusioner dibandingkan dengan pendekatan psikoanalisis sebelum-sebelumnya, karena Rogers mengesampingkan kebutuhan akan diagnosis, penyebab gangguan, serta berbagai tipe pelabelan terhadap berbagai gangguan. Selain itu, Rogers juga menolak untuk memanggil orang yang berkonsultasi dengans ebutan pasien, melainkan diganti dengan klien.

Dalam buku Client-Centered Therapy: Its Current Practice, Implications, and Theory (1951) yang dikutip dalam buku Hergenhahn- Henley (2013) , Rogers menyebutkan pendekatan nondirective, yaitu dalam kondisi atmosfer terapi yang positif, klien dapat menyelesaikan permasalahan mereka secara otomatis, pendekatan ini selanjutnya berkembang menjadi client-centered therapy. Rogers menggunakan metode yang disebut teknik Q-sort, yang dibuat oleh William Stephenson, namun adaptasi versi Rogers adalah klien diminta untuk mendeskripsikan dirinya yang ada pada saat ini (real self) dan deskripsi dirinya ingin seperti apa di masa depan (ideal self), yang selanjutnya akan dilihat hubungan antara keduanya. Saat awal terapi, korelasi antara keduanya akan sangat rendah, naun jika terapi dilakukan secara efektif, korelasi di antara keduanya akan meningkat, yaitu real self akan semakin serupa dengan ideal self. 

a. Teori Kepribadian Rogers.

Rogers mengembangkan teori kepribadiannya untuk mendeskripsikan berbagai fenomena yang diobservasi selama ia melakukan proses terapi. Gagasan awalnya dikemukakan melalui akun APA yang dimilikinya, selanjutnya dikembangkan dalam buku Client-Centered Therapy yang terbit tahun 1951. Sedangkan versi terlengkapnya dituliskan dalam “A Theory of Therapy, Personality, and Interpersonal Relationships, as Developed in the Client-Centered Framework”.

Rogers berpendapat bahwa setiap individu manusia memiliki keinginan ataupun kebutuhan yang akan mengarahkan pada aktualisasi diri, sama seperti yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu apabila seorang individu menggunakan kecenderungan menuju aktualisasi diri secara maksimal, maka ia dapat menjalani hidupnya dengan lebih bermakna dan mencapai potensi yang dimiliki. Setiap manusia akan memiliki dorongan atau termotivasi oleh perasaan personalnya, yang sering disebut dengan organismic valuing process, yaitu keadaan saat motivasi dalam hidup seorang individu didasari oleh keinginan mendasar dalam hatinya sendiri yang lebih besar daripada nilai moral, kepercayaan, serta tradisi yang dibuat manusia.

Kenyataannya, banyak individu yang belum menerapkan organismic valuing process karena adanya need for positive regards yang muncul saat masa kanak-kanak. Positive regards yang dimaksud dapat berupa kasih sayang, kehangatan, rasa simpati, serta penerimaan dari lingkungan yang dialami semasa kanak-kanak. Apabila positive regards diberikan secara cuma-cuma dan tidak bersyarat, hal ini tidak akan memengaruhi terhadap perkembangan kepribadian individu, namun yang seringkali terjadi adalah orang tua maupun orang-orang terdekat yang berada di sekitar anak-anak cenderung memberikan positive regards apabila anak telah melakukan suatu hal yang dianggap benar. Keadaan ini akan memunculkan adanya conditions of worth, yaitu kondisi ketika munculnya pikiran pada anak bahwa saat ia ingin mendapatkan perhatian serta kasih sayang, ia harus melakukan hal-hal yang dianggap benar dan tepat oleh orang-orang di sekitarnya. Dampaknya, secara bertahap, anak berpikir bahwa nilai-nilai, adat istiadat, serta norma menggantikan pentingnya motivasi yang benar-benar muncul dari dalam diri atau organismic valuing process. Menurut Rogers, apabila terjadi keadaan yang demikian, maka akan memengaruhi pengalaman-pengalaman maupun proses belajar yang diterima setiap individu, bahkan apabila terdapat pengalaman yang telah sesuai dengan organismic valuing process, namun tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di sekitarnya, maka pengalaman tersebut akan ditolak karena ketidaksesuaian.

Menurut Rogers, hanya terdapat satu cara untuk menghindari rasa ingin dihargai yang muncul pada setiap orang, yaitu dengan memberikan unconditional positive regards. Unconditional positive regards merupakan cara di mana seorang individu akan mendapat kasih sayang, perhatian, rasa simpati, serta penerimaan terhadap dirinya secara apa adanya, sehingga memperkecil kemungkinan penolakan terhadap pengalaman tertentu yang dirasa tidak sesuai. Menurut Rogers, hanya orang-orang yang mendapat unconditional positiveregards yang dapat berfungsi dengan baik dalam segala aspek kehidupannya.

Rogers juga menyebutkan, apabila organismic valuing process tergantikan oleh keinginan untuk dihargai,maka akan menimbulkan incongruent atau inauthentic person.  Namun sebaliknya seseorang yang hidup menurut organismic valuing process akan dapat berfungsi secara maksimal, dalam hal ini berfungsi secara maksimal dapat dikatakan mirip dengan konsep self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow. Bagi Rogers, orang yang sehat atau berfungsi penuh secara psikologis memiliki beberapa kualitas berikut:
Terbuka pada, dan apresiasi yang segar terhadap semua pengalamn ;
Tendensi untuk hidup secara penuh setiap saat’
Kemampuan untuk lebih dituntun oleh instink mereka daripada nalar atau pendapat orang lain.
Rasa kebebasan dalam berpikir dan bertindak;
Tingkat kreatifitas yang tinggi; dan
Kebutuhan yang kontinyu untuk memaksimalkan potensi mereka.
Roger menggambarkan orang yang berfungsi penuh sebagai mengaktualkan dan bukannya teraktualkan, unruk menunjukkan bahwa pekembangan diri adalah suatu pekerjaan yang sedang dalam progres. Penekanan pada spontanitas, fleksibelitas, dan kemampuan kontinu kita untuk berkembang tergambar dengan rapi dalam buku Rogers yang paling populer On Becoming a Person (1961).

Kebaharuan dan Sumbangan Terhadap Ilmu Psikologi

A. Nasib Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik mendapatkan puncak kejayaannya tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Psikoanalis Freud dan Behaviorisme Skinner yang sebelumnya menjadi zeitgeist mulai melemah, dan pada kesempatan tersebutlah Psikologi Humanistik menjadi zeitgeist yang baru.
Gerakan psikologi humanistik menjadi terformalisasikan dengan jurnal-jurnal, asosiasi, dan divisi khususnya sendiri dalam APA. The Humanistic Psychology menjadi jurnal resmi divisi tersebut sejak tahun 1989, dan pada 1986 arsif psikologi humanistik didirikan di Universityof California di Santa Barbara, California.

Setelah 20 tahun gerakan psikologi humanistik berevolusi, para ahli psikologi humanistik sendiri menilai bahwa sebetulnya psikologi humanistik bukanlah sebuah aliran pemikiran. Salah satu alasan mengapa psikologi humanistik tetap terpisah dari kumpulan pemikiran psikologi yang lain adalah karena sebagian besar psikolog humanistik berada dalam praktik klinis, bukan di universitas. Para psikolog humanistik bekerja di tempat praktik sendiri, tidak bisa melakukan riset, menerbitkan makalah, ataupun membidik generasi penerus.

B. Perbandingan Eksistensial dan Psikologi Humanistik

Eksistensial dan psikologi Humanistik memiliki prinsip ajaran yang sama. Keduanya sama-sama mennyatakan bahwa manusia memiliki kehendak dan tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Perbedaan utama antara keduanya adalah pada anggapan terhadap sifat alami manusia. Humanistik berasumsi bahwa pada dasarnya manusia itu baik, jika manusia ditempatkan pada lingkungan yang baik maka mereka akan hidup dengan rukun. Sedangkan eksistensial berpandangan bahwa manusia bersifat netral, manusia lahir dengan kebebasan untuk memilih sifat seperti apa yang mereka inginkan.

Pandangan humanistik optimis akan orang-orang dan masa depan mereka. Jika manusia bisa saling memahami sifat, manusia bisa hidup bersama dengan rukun dan damai. Sedangkan pada eksistensial lebih berpandangan pesimis. Mereka tidak memiliki petunjuk, hanya ada kebebasan untuk memilih. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun atas keadaan yang menimpa, karena semua adalah akibat dari yang kita lakukan sendiri.

C. Evaluasi : Kritik dan Kesimpulan

Beberapa kritik Psikologi Humanistik diantaranya adalah;
- Psikologi Humanistik mengkritik behaviorisme, psikoanalisis, dan ilmu psikologi secara umum yang semuanya membawa kontribusi berarti bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, 
- Dengan mengurangi penelitian terhadap hewan, psikologi humanistik berbalik pada sumber yang jauh lebih bernilai pengetahuan tentang manusia. Tidak menggunakan caraevolusioner untuk mempelajari manusia.
- Banyak pandangan dan konsep yang sangat abstrak digunakan oleh para psikolog humanistik dalam menolak definisi dan verivikasi yang terkadang malah lebih membingungkan. 

D. Psikologi Positif

Pada tahun 1998 Martin Seligman, presiden APA saat itu, memunculkan kembali gagasan mengenai para psikolog harus mempelajari atribt-atribut terbaik dan juga terburuk manusia, karakteristik positif dan negatifnya. Seligman melakukan hal ini dengan tujuan untuk mendorong para psikolog mengembangkan konsepsi hakikat dan potensi manusia yang lebih positif dan dibangun di atas karya Maslow dan Rogers.

Gagasan yang dimunculkan kembali oleh Seligman ini mendapat sambutan yang baik. Sebuah jurnal terkemuka APA, American Psychologist, secara khusus memfokuskan pada masalah khusus dalam psikologi positif yang mencapai hampir 200 hal. Fokus masalah ini adalah pada kebahagiaan, keunggulan, dan pemfungsian optimal manusia.

Pada 2002, Seligman  menerbitkan sebuah buku populer yang berjudul Authentic Happines: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. Buku ini menjadi topik dari sebuah artikel mengagumkan yang dimuat dalam Newsweek, yang juga menggambarkan gerakan osikologi positif sebagai “era yang baru dalam psikologi riset.

Di Harvard University tahun 2005 mata kuliah Psikologi Positif menjadi mata kuliah yang paling populer diminati, dengan peserta 855 mahasiswa. Riset para ahli menunjukkan bahwa uang bukanlah sumber munculnya kebahagiaan. Namun, keadaan ekonomi yang buruk akan menuntun pada ketidakbahagiaan. Uang hanya meningkatkaan kebahagiaan sesaat dan setelahnya tingkat kebahagiaan seseorang akan kembali pada tingkatan sebelumnya. Gagasan ini disebut “Hedonic Treadmill”.  Di mana ketika seseorang mengejar kepuasan hedonis tidak akan ada hentinya.

Tujuan psikologi positif adalah untuk mengingatkan bahwa bidang pembelajaran psikologi tidak hanya mengenai kejiwaan namun juga kebajikan. Psikologi tidak hanya sekedar cabang dari ilmu kedokteran yang memfokuskan pada penyakit atau kesehatan, namun lebih dari itu, pekerjaan, pendidikan, perkembangan dan pertumbuhan anak, dan sebagainya.

Psikologi positif dan psikologi humanistik setuju bahwa kesehatan mental lebih berharga dibandingkan tidak adanya gangguan mental. Akhir-akhir ini istilah “flourishing” sering digunakan untuk menyebut orang-orang yang tidak hanya terbebas dari gangguan mental, namun juga aktif dengan kehidupan sosialnya. Faktanya, ciri orang yang  flourishing pada pokoknya sama dengan self-actualizing Maslow.

E. Penerapan Psikologi Humanistik

Kekuatan ketiga ini banyak digunakan untuk terapi dan motivasi peningkatan potensi secara menyeluruh. Diantaranya adalah :

Humanistic nursing care atmosphere

1. Menciptakan lingkungan yang harum dan hangat untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan menggunakan cat dinding berwarna cerah, serta adanya lukisan-lukisantokoh kartun di dinding rumah sakit, untuk membuat mereka merasa nyaman serta mengurangi kecemasan yang mungkin timbul selama masa penyembuhan di rumah sakit.
2. Mengembangkan ruangan di mana anak-anak dapat bermain serta menunjukkan bakat-bakat yang ada dalam diri mereka. 
3. Menggunakan humanistic care display cards untuk memberikan kesempatan berkomunikasi antara anak yang sedang dirawat di rumah sakit dengan perawatnya.
4. Terdapat rak buku, di mana pasien serta orang tuanya dapat memperkaya pengetahuan tentang rumah sakit. 
5. Adanya kartuucapan di dinding, sehingga anak-anak merasa diperhatikan dan merasa dihargai.

Establishing responsibilities of the humanistic nursing care model

Perawat membangun relasi hubungan yang baik dengan pasien dan keluarganya. Perawat selalu mengajak pasien untuk berbincang setidaknya selama lima menit, dan setiap pergantian shift perawat selanjutnya juga melakukannya sehingga pasien merasa bahwa dirinya diperhatikan semua orang setiap saat.

Art Therapy

Konsep terapi di mana terapis memberikan kebebasan klien untuk menceritakan permasalahannya yang dituangkan melalui seni, digunakan apabila klien mengalami kesulitan dalam berbicara. 
Pembuatan seni ini dipandang sebagai kesempatan untuk mengekspresikan diri secara imajinatif, otentik, dan spontan. Sebuah pengalaman yang seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan pemenuhan diri, reparasi emosional, dan pemulihan diri. Seni yang digunakan tidak anya ambar tetapi juga dapat musik, drama, tarian, dan lain sebagainya.

Self- actualization 

Aktualisasi diri menjadi salah satu cara perbaikan diri. Juga sebagai cara pemenuhan potensi diri atau kreatifitas diri. Seperti di ungkapkan Karl Goldstein (1994) menyebutkan bahwa ada kecenderungan kreatif dalam sifat manusia yang disebut sebagai aktualisasi diri. Dan kecenderungan tersebut yang mengendalikan semua proses organik dan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA
Ergenhahn, B. R. & Henley, Tracy B. 2013. An Introduction to The History of Psychology (seventh edition). Belmont, CA, USA : Cengage Learning.
Scultz, Duane P. & Schultz, Sydney Ellen. 2013. Sejarah Psikologi Modern. Bandung: Nusa Media.
Bolkan, Asuman. 2015. The Effect of Life Skills Psyco-education Programme On Divorced Women’s Level of Inner Directed Support and Analysis of This Effect Based on Types of Marriage and Various Demographic Features. Journal Procedia-Social and Behavioral Sciences: Vol. 205 hal. 655-663.
Farokhi, Masoumeh. 2011. Art Terapy In Humanistic Psychiatry. Journal Procedia-Social and Behavioral Sciences: Vol. 30 hal. 2088-2092.
He, Jiao, De-Ying Hu,, Yi-Lan Liu, Li-Fen Wu, Lian Liu. 2016. Study of the effect of humanistic nursing care model wards in Children Caring Ward School on the nurses' caring ability. Journal Chinese Rusing Research: Vol.3 hal. 45-47.

Comments